5 Fakta Tentang Gangguan Panik
Fakta Nyata – Gangguan panik merupakan kondisi seseorang mengalami setidaknya dua kali serangan panik, dimana membuat orang tersebut terus-menerus merasa khawatir sehingga mengubah rutinitasnya agar tidak mengalami serangan panik lagi.
Serangan panik itu sendiri adalah perasaan ketakutan dan kewalahan, meski orang tersebut sebenarnya tidak sedang dalam bahaya.
Serangan kejadian panik sering terjadi di Amerika Serikat. National Institute of Mental Health melaporkan bahwa sekitar 2,7 persen populasi orang dewasa di AS mengalami gangguan panik setiap tahunnya. Diperkirakan sekitar 44,8 persen dari jumlah tersebut mengalami kasus gangguan panik yang diklasifikasikan sebagai “severe” atau parah.
Karena gangguan panik sering kali tidak disadari, kamu mesti tahu beberapa faktanya berikut ini.
1. Memiliki banyak faktor risiko
Dilansir dari Mayo Clinic, Medscape, dan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association, berikut ini ciri ciri orang yang biasanya memiliki gangguan panik:
- Jenis kelamin perempuan
- Berusia kurang dari 60 tahun, dengan usia rata-rata 20-24 tahun
- Merokok atau mengonsumsi kafein secara berlebihan
- Memiliki penyakit asma
- Adanya riwayat keluarga yang memiliki gejala gangguan panik atau serangan panik
- Sedang atau pernah mengalami permasalahan berat
- Genetik
- Kelas sosial yang rendah
- Belum menikah
- Meninggalnya orang tua saat masa kanak-kanak
- Adanya penganiayaan emosional pada masa kanak-kanak
2. Gejala
Serangan panik memiliki gejala, pemicu, dan intensitas yang bervariasi disebut sebagai serangan panik gejala penuh (full-symptom panic attack) setidaknya memenuhi 4 dari 13 gejala.
Namun, jika hanya terdapat kurang dari 4 gejala, maka disebut serangan panik gejala terbatas (limited-symptom panic attack). Gejala yang dimaksud meliputi:
- Jantung berdebar dan berdetak lebih cepat daripada biasanya
- Berkeringat
- Gemetar
- Merasa sesak napas atau seperti tercekik
- Merasa tersedak
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada
- Mual atau rasa tidak nyaman di perut
- Merasa pusing dan hilang keseimbangan, bahkan bisa pingsan
- Merasa dingin atau panas
- Mati rasa atau kesemutan
- Timbulnya derealisasi (merasa bahwa lingkungan tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa jiwanya terlepas dari raganya)
- Ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila
- Ketakutan akan kematian
Selama mengalami serangan panik ini, penderita akan memiliki keinginan untuk melarikan diri dari malapetaka yang dirasa akan datang, seolah-olah mereka sekarat karena serangan jantung atau mati lemas.
3. Faktor yang dapat meringankan dan memperberat gejala
Dukungan keluargaya, motivasi yang kuat untuk sembuh, dan tidak adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan kejiwaan adalah faktor yang dapat meringankan gejala dari gangguan panik
Lalu, hal yang dapat membuat gejala gangguan panik memburuk adalah frekuensi gejala muncul dan jarak rumah dengan rumah sakit jiwa atau klinik kejiwaan yang relatif jauh.
4. Konsultasi ke Dokter
Seseorang harus berkonsultasi ke ahli kejiwaan seperti psikolog atau psikiater jika seseorang mengalami gejala gangguan panik, apalagi yang berulang,
Serangan panik umumnya tidak berbahaya walau serangan panik sangat tidak nyaman. Namun, serangan panik cukup sulit untuk ditangani sendiri dan bisa menjadi lebih buruk jika tidak mendapatkan penanganan.
Ahli kejiwaan jiwa akan merekomendasikan beberapa hal berikut ini kepada seseorang yang memiliki serangan panik:
- Melakukan terapi perilaku kognitif yang membantu penderita mempelajari cara untuk mengubah pikiran dan perilaku tidak sehat yang menyebabkan serangan panik.
- Pemberian obat antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau serotonin and norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI).
- Pemberian obat benzodiazepin, yaitu obat penenang yang memengaruhi sistem saraf pusat. Obat ini juga dapat menjadi obat anti kecemasan. Obat ini biasanya tidak digunakan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan ketergantungan.
- Mengurangi konsumsi kafein.
- Melakukan aktivitas fisik secara teratur. Menurut sebuah penelitian dalam Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health tahun 2018, olahraga teratur tidak hanya dapat membantu menurunkan stres, kecemasan, dan ketegangan di seluruh tubuh, tetapi juga terbukti bisa mengurangi frekuensi kejadian serangan panik.
- Berdasarkan penelitian dalam Journal of Neuroscience tahun 2013, gangguan tidur dan gangguan panik bisa menjadi lingkaran setan. Orang-orang dengan gangguan panik sering mengalami kesulitan tidur. Kondisi kurang tidur dapat menyebabkan gejala gangguan panik memburuk.
- Membatasi konsumsi alkohol.
- Latihan pernapasan dalam.
5. Dampak yang terjadi jika tidak diobati
Gangguan panik dapat memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan penderitanya jika tidak segera diobati. Karena penderita akan terus-menerus hidup dalam ketakutan. Hal ini akan merusak kualitas hidupnya.
Depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan kejiwaan lainnya dapat timbul pada penderita gangguan panik yang tidak diobati. Tidak jarang orang dengan gangguan panik yang tidak diobati memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Selain itu penderita juga akan mengonsumsi alkohol secara berlebihan atau melakukan penyalahgunaan zat lainnya. Masalah keuangan juga dapat menjadi komplikasi dari gangguan panik yang tidak diobati.
Gangguan panik mungkin termasuk agorafobia, yaitu keinginan untuk menghindari tempat atau situasi yang membuat mereka cemas karena mereka takut tidak dapat melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika mengalami serangan panik.
Memang, gangguan panik umumnya memang tidak berbahaya. Namun, bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kesehatan mental penderitanya akan terancam dan dampak buruknya bisa meluas.
Jika kamu mengalami gejala gangguan panik, jangan pernah malu untuk konsultasi ke ahli kejiwaan seperti psikolog atau psikiater agar mendapatkan penanganan sebaik mungkin.