Tana Toraja, Menyimpan Fakta Tradisi yang Unik
Fakta Nyata – Dibalik panorama alam yang memukau, Tana Toraja menyimpan cerita-cerita unik tentang kehidupan sehari-hari dan tradisi-tradisi khas yang menjadikannya destinasi yang begitu istimewa.
Uniknya Tana Toraja mencakup kehidupan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan kepercayaan, menjadikannya salah satu destinasi wisata budaya terkaya di Indonesia.
Tana Toraja tak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan tradisi unik seperti ritus pemakaman dan rumah adat tongkonan, menciptakan daya tarik yang tak tertandingi bagi para pengunjung.
Tradisi Tana Toraja masih sangat lekat dengan kehidupan masyarakat setempat dan masih dilestarikan hingga saat ini.
Buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja (2017) oleh Weni Rahayu menyebutkan bahwa Aluk Todolo merupakan agama/aturan dari leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh Sang Pencipta yakni Puang Matua.
Dalam kepercayaan ini manusia diwajibkan menyembah, memuja, dan memuliakan Puang Matua dengan melakukan ritual, antara lain sajian, persembahan, dan upacara-upacara.
Biasanya suku Toraja memberikan babi ataupun ayam sebagai persembahan kepada para Dewata atau Dewa sebagai pemelihara utusan Puang Matua. Upacara-upacara adat lain yang sering dilakukan oleh Suku Toraja ialah rambu solo yang merupakan upacara adat pemakaman dan rambu tuka yang merupakan upacara untuk merenovasi rumah adat.
Dibalik budaya yang masih dilestarikan, masih terdapat beberapa fakta menarik seputar Tana Toraja. Apa saja??Simak penjelasan di bawah ini.
1. Rumah Adat Tongkonan
Tongkonan adalah rumah panggung dari kayu dan atapnya yang menyerupai tanduk kerbau yang berfungsi penting bagi kehidupan sosial suku Toraja. Rumah ini jadi tempat tinggal, upacara adat, kegiatan sosial dan membina kekerabatan.
Tongkonan terdiri atas tiga bagian, yakni bagian selatan, tengah dan utara. Pada bagian selatan adalah ruangan untuk kepala keluarga, ruang tengah untuk tempat berkumpulnya keluarga, dapur dan tempat untuk meletakan jenazah sebelum disemayamkan. Di bagian utara adalah ruang tamu, tempat meletakkan sesaji dan sebagai tempat tidur.
Tradisi masyarakat Toraja biasanya tidak langsung menguburkan jenazah dan menyimpannya di rumah Tongkonan. Agar jenazah tidak cepat membusuk, maka jenazah dibalsem dengan ramuan tradisional.
2. Keunggulan Kopi
Tana Toraja berada di daerah pegunungan yang mayoritas penduduknya bertani kopi dan merupakan komoditas unggulan. Kopi Toraja adalah salah satu varian kopi yang populer dan berkualitas terbaik dengan cita rasa unik.
Uniknya, aroma herbal yang dihasilkan ini sangat khas dan jarang ditemui pada kopi lainnya menjadikan kopi ini spesial. Kopi Toraja berwarna cokelat tua dengan bentuk biji yang tidak beraturan serta rasanya yang tidak terlalu pahit.
3. Kerbau di Tana Toraja Bernilai Tinggi
Kerbau berperan penting dalam upacara Rambu Solo. Keluarga yang berduka biasanya berkurban beberapa kerbau untuk disembelih lalu dibagikan kepada warga.
Kian langka kerbau tersebut dapat menunjukkan kian tingginya strata sosial orang yang akan dimakamkan. Harga termahal kerbau di Tana Toraja dapat mencapai Rp1 miliar lebih, tergantung jenis kelangkaan kerbau.
Salah satu jenis kerbau termahal adalah tedong saleko. Kerbau langka ini berkulit putih dengan kombinasi belang hitam hingga bola matanya yang berwarna putih.
4. Tana Toraja Miliki 5 Kuburan
Tana Toraja memiliki beberapa kuburan unik dari pada yang lainnya, seperti kuburan Goa, kuburan Gantung, kuburan batu Liang, kuburan pohon Passiliran, hingga kuburan Pattane. Satu satunya adalah Goa Londa yang umumnya adalah kompleks pemakaman kubur batu.
Goa ini jadi tempat penyimpanan jenazah yang khusus bagi keturunan langsung leluhur Toraja. Goa Londa yang terletak di perbatasan antara Makale dan Rantepao, tepatnya di sebuah desa kecil bernama Sandan Uai.
Jauh sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, nenek moyang masyarakat Tana Toraja mengenal kepercayaan bernama Alukta. Kepercayaan inilah yang banyak mengatur dan menjadi landasan berbagai ritual adat dan tradisi dalam masyarakat toraja, salah satunya adalah tradisi menyimpan jenazah.
5. Ritual Rambu Solo
Ritual sakral masyarakat suku Toraja ini diyakini mampu mengantarkan jenazah ke alam damai, yang disebut puya. Secara umum, ritual ini terdiri atas tujuh tahapan, yakni Rapasan, Barata Kendek, Todi Balang, Todi Rondon, Todi Sangoloi, Di Silli, dan Tadi Tanaan.
Keunikan Rambu Solo lainnya, yakni dikorbankannya puluhan ekor kerbau. Masyarakat Toraja percaya, kian banyak kerbau yang dikorbankan, akan semakin cepat jenazah menuju puya.
Usai jenazah dikuburkan, saatnya bagi para ibu untuk menyediakan beragam hidangan dari potongan hewan yang dikorbankan untuk dimakan bersama. Keluarga, tetangga, dan tamu yang datang berbaur menyatu dalam satu jamuan.
6. Kain Tenun Khas Toraja
Peran penting dalam melakukan upacara Rambu Solo ini yaitu jenazah yang belum dimakamkan akan dibalut dengan kain tenun khas Toraja. Menurut kepercayaan suku Toraja yaitu Aluk Tadolo hal ini memang dilakukan sebagai syarat dalam upacar Rambu Solo.
Hal itu dilakukan sebagai ungkapan pertalian kasih yang menghubungkan sanak saudara. Namun, karena mahalnya harga kain yang dijual dengan harga Rp 300.000 hingga Rp 5 juta, lambat laun penggunaan kain tenun ini pun semakin berkurang.
Seiring berjalannya waktu kain tenun Jawa dengan motif khas Toraja pun di produksi dan dipasarkan di Toraja. Dengan harga lebih murah dari kain tenun asli hanya 100.000 ternyata membawa minat kembali masyarakat untuk menggunakan kain tenun.