Fakta Perbedaan Sejarah Sumpit (Cina, Jepang dan Korea)

Fakta Nyata – Cina, Jepang, dan Korea adalah tiga negara yang mayoritas penduduknya menggunakan sumpit untuk makan sehari-hari. Mereka juga terbiasa menggunakan sumpit untuk memasak.

Sumpit jadi alat makan yang wajib ada di tiap rumah dan kedai serta restoran berkelas di tiga negara tersebut. Banyak yang tak tahu kalau detail sumpit dari Jepang, Cina dan Korea berbeda. Apa bedanya?

Sebelum mengetahui perbedannya, simak dulu sejarah sumpit. Alat makan ini diperkirakan berusia lebih dari 5.000 tahun. Berasal dari China, alat makan ini lalu mulai menyebar ke Jepang dan Korea pada 500 Masehi.

Pada zaman kuno, sumpit dibuat dari pohon atau bambu. Awalnya, sumpit digunakan sebagai alat untuk mengambil makanan yang dimasak dalam pot atau dari api. Karena kekurangan bahan bakar, makanan dipotong menjadi bagian yang sangat kecil sebelum dimasak, menghilangkan kebutuhan akan pisau.

Mari kita telusuri jejak sejarah di balik perbedaan sumpit yang ternyata mencerminkan keragaman budaya dan tradisi di Asia Timur.

Sumpit China: Kuai Zi

Pada 2100-1600 SM, sumpit pertama kali muncul dalam arkeologi China, mengaitkan penggunaannya dengan awal peradaban Shang. Sumpit tersebut lebih sering digunakan sebagai alat untuk membantu memasak daripada alat makan.

Namun, seiring berjalannya waktu, peran sumpit berkembang menjadi lebih luas, termasuk dalam konteks alat makan. Sumpit China atau dikenal dengan sebutan “kuai zi” terbuat dari beragam bahan, seperti kayu, bambu, atau material lain yang ringan.

Sumpit ini memiliki panjang yang bervariasi, tetapi umumnya lebih panjang dibandingkan dengan jenis sumpit lainnya. Kuai zi memiliki desain sederhana dan lurus dengan ujung tajam untuk memudahkan dalam meraih dan mengambil makanan. Bagian tengah sumpit cenderung lebih tebal untuk memberikan pegangan yang nyaman. Seringkali, kuai zi dihiasi dengan ukiran halus atau warna cerah yang memancarkan pesona budaya China.

Sumpit Jepang: hashi

Penggunaan sumpit di Jepang memiliki jejak sejarah yang panjang. Penggunaannya sudah ada sejak masa Nara (710-794 M) dan Heian (794-1185 M). Awalnya, sumpit digunakan sebagai alat membantu memasak dalam ritual keagamaan, dan penggunaannya kemudian meluas menjadi alat makan.

Sumpit Jepang atau “hashi” dikenal dengan kesederhanaan dan kehalusannya. Sumpit ini biasanya lebih pendek dan ramping dibandingkan dengan jenis sumpit dari negara lain. Hashi memiliki desain sederhana dengan ujung yang datar atau bulat.

Sumpit Jepang juga terbuat dari tulang, logam, dan bahkan gading (ini biasanya disediakan untuk acara khusus). Sumpit Jepang umumnya bulat di ujungnya dan lebih pendek dari model Cina. Sumpitnya juga lebih berwarna dan dirancang dengan banyak detail.

Salah satu ciri khas hashi adalah cara memegangnya, di mana jari-jari memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan kestabilan saat menggunakan sumpit.

Sumpit Korea: jeotgarak

Sumpit Korea, dikenal juga sebagai “jeotgarak” yang memamerkan desain yang unik dan elegan.

Jeotgarak pertama kali muncul dalam sejarah Korea pada masa Tiga Kerajaan (57 SM – 668 M). Selama periode ini, mereka digunakan sebagai alat makan yang terhormat dan sering kali diberikan sebagai hadiah dalam upacara istana.

Sumpit Korea lebih banyak menggunakan stainless steel, sedangkan yang digunakan di Jepang dan Cina terbuat dari bahan alami. Karena logam bisa licin, sumpit ini dibuat kasar di ujungnya untuk mengurangi licin.

Alasan lainnya adalah karena latar sejarah. Dulu, sumpit perak murni banyak digunakan oleh Raja Korea. Bahan perak akan berubah warna jika ada yang berusaha meracuni makanan Raja. Perbedaan mencolok lainnya adalah sumpit di Korea tidak sepanjang yang digunakan di Jepang dan Cina.