Fakta Tentang Kode OR, Pengembangan Dari Barcode Batang

Fakta Nyata – Munculnya kode QR seolah sudah berdampingan dengan kehidupan di era digital ini. Faktanya , setiap transaksi umum apapun, sudah pasti bisa menemukannya. Terlebih lagi saat ini tampilan menu pada restoran, juga menggunakan kode tersebut untuk pengunjung melihat menu.

Pada dasarnya, kode QR merupakan pengembangan lebih lanjut dari barcode, kode batang satu dimensi yang sudah ada sebelumnya. Pada tahun 1960-an, Jepang memasuki fase peningkatan ekonomi yang tinggi. Hal itu disertai dengan menjamurnya keberadaan supermarket di berbagai tempat.

Bahkan, kode QR juga digunakan sebagai verifikasi data individu. Terlepas dari maraknya, belum banyak yang tahu tentang fakta sejarahnya. Seperti, asal mula tercetusnya kode QR hingga bentuknya persegi dengan warna hitam putih saja.Simak penjelasan di bawah ini dulu ya untuk pengetahuan lebih lanjut tentang kode QR.

1. Peluncuran pertama tahun 1994 dan dibuat oleh seorang insinyur

Seorang insinyur muda berusia 35 tahun yang bekerja di perusahaan otomotif Denso Wave Jepang yaitu Masahiro Hara. Dialah orang pertama kali mengembangkan kode QR atau Quick Respons code.

Gagasan itu muncul karena antusias pengguna barcode untuk kebutuhan alat atau kode yang mampu menyimpan banyak informasi secara ringkas serta pembacaan cepat. Bersama dengan rekannya, mereka mengembangkan kode berbentuk kisi-kisi hitam putih. Hal itu karena, barcode hanya mampu menyimpan lebih sedikit informasi sehingga penggunaannya kurang efisien.

Melalui beberapa kali percobaan dan kegagalan yang tak terhingga, di tahun 1994 kode QR akhirnya diluncurkan. Sebelumnya telah menghabiskan waktu sekitar satu setengah tahun sejak proyek pengembangan pertama kali dimulai.

2. Kode QR dapat mengkodekan sekitar 7.000 angka dan memiliki pembacaan 10 kali lebih cepat

Dilansir laman Keyence, kode QR ini mampu menampung hingga sekitar 7.089 angka, 4296 karakter alfanumerik, dan 1817 karakter Kanji.

Jumlah tersebut beda jauh apabila dibandingkan dengan barcode. Diketahui, saat itu barcode hanya mampu menyimpan data sekitar 20 karakter alfanumerik. 

Selain itu, kode QR juga memiliki tingkat pembacaan 10 kali lebih cepat dibanding dengan kode lainnya. Laman qrcode melansir, barcode mengkodekan informasi secara satu arah (satu dimensi saja). Sedangkan, kode QR mampu mengkodekan secara dua arah, yakni atas-bawah dan melintang (kiri-kanan) sehingga pembacaan lebih mudah.

3. Desain kode QR terinspirasi dari permainan Go Jepang

Kode QR dicirikan dengan pola dua dimensi berupa titik-titik hitam dan putih dalam sebuah kotak persegi. Nippon melansir, inspirasi teknologi ini datang dari permainan kegemaran Masahiro Hara, yaitu permainan Go Jepang.

“Saya biasa bermain Go saat istirahat makan siang. Suatu hari, saat mengatur potongan hitam dan putih di grid, saya tersadar bahwa itu mewakili cara penyampaian informasi yang lugas. Itu adalah momen eureka,” ungkap Hara yang dikutip dari Nippon, 10 Februari 2020.

Bermula dari situ, yang akhirnya mendesain sebuah kode mirip permainan favoritnya. Berupa kisi-kisi hitam putih yang menyimpan banyak sekali data. Pada beberapa sudutnya juga terdapat kotak persegi kecil yang digunakan sebagai “detektor posisi”. Hal tersebut ditambahkan supaya memudahkan pembacaan kode lebih cepat dan dapat dibaca dari segala arah.

4. Perkembangan dan penyebaran kode QR

Kode ini ternyata berkontribusi besar dalam membantu menyelesaikan banyak tugas, mulai dari produksi, pengiriman, hingga penerbitan slip transaksi.

Namun, karena terbatasnya alat yang bisa membaca atau memindai maka penggunaan kode QR tidak terlalu berkembang pesat. Kemudian tahun 2002, ketika muncul pemasaran ponsel pintar yang dapat memindai kode QR, penggunaannya kemudian meroket di kalangan masyarakat umum Jepang.

Sebagi informasi, Masahiro Hara sebagai orang yang mengembangkan kode ternyata tidak mendaftarkan lisensi untuk kode temuannya tersebut. Dengan harapan kode QR bisa digunakan oleh lebih banyak orang secara bebas. Karena kebijakan inilah, kode QR kini semakin marak digunakan di mana-mana, hingga seluruh dunia. 

Adapun beberapa timeline penting dalam perkembangan kode QR, meliputi:

  • Tahun 1997: disetujui sebagai standar AIM (Automatic Identification Manufacturer).
  • Tahun 1999: disetujui sebagai kode 2D standar oleh Japan Industrial Standards, yang merupakan salah satu standar nasional Jepang.
  • Tahun 2000: disetujui oleh ISO sebagai standar internasionalnya.
  • Tahun 2012: memenangkan penghargaan Media untuk Industri dari Good Design Award, yang merupakan penghargaan untuk mempromosikan desain industri secara komprehensif.

Kode QR kini menjadi sebuah alat komunikasi yang sangat populer di era digital. Selain dapat meringkas banyak data atau informasi dalam satu kode unik, ia juga mudah dipindai siapapun dan di manapun.