Fakta Menarik Suku Mentawai, Menjadi Suku Tertua di Indonesia
Fakta Nyata – Suku Mentawai adalah suku asli yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat. Suku Mentawai berada di pedalaman. Suku ini sangatlah unik karena memiliki budaya yang tak biasa. Meskipun suku ini terlihat tidak terlalu mengikuti budaya modern, mereka sangat menghargai budaya lokal dan melestarikannya.
Sikerei, tabib suku Mentawai yang kerap disebut juga dengan sebutan dukun, menemani Kiedis. Keduanya terlihat mengenakan sejenis ikat kepala, aksesoris, dan tentu saja kabit yang khas. Sudah lazim bagi Laki-laki suku Mentawai tidak mengenakan busana atasan. Ingin tahu lebih banyak lagi terkait budaya suku ini? Simak 4 fakta menarik tentang budaya suku Mentawai berikut.
1. Kepercayaan Sabulungan
Suku Mentawai memiliki agama dan kepercayaan sendiri yang dianut suku asli dan masyarakat Mentawai, yaitu Sabulungan. Mereka percaya bahwa benda memiliki roh dan jiwa. Jika roh tidak dirawat dengan baik, maka roh tersebut akan bergentayangan dan menyebabakan kesialan maupun munculnya penyakit.
Untuk itu, masyarakat Mentawai memiliki kepercayaan kuat pada benda-benda yang dianggap sakral. Karena itu, orang Mentawai kerap dijuluki ornag Sabulungan.
2. Punya Taman Nasional
Taman Nasional Siberut sudah seperti rumah bagi suku Mentawai yang memiliki berbagai jenis flora dan fauna.
Anggrek Bulan Putih menjadi komoditas tumbuhan yang cukup populer di Pulau Siberut. Selain itu, ada pula spesies primata endemik, seperti Siamang Mentawai, lutung, Monyet Mentawai, dan beruk.
Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, terutama di Pulau Siberut, bisa mengamati keseharian masyarakat suku ini.
Para wisatawan juga bisa belajar membuat kabit atau celana tradisional, mengikuti upacara adat, membuat tato, serta kegiatan adat lainnya.
3. Rumah Adat Suku Mentawai
Masyarakat suku Mentawai tinggal bersama dalam rumah adat yang disebut Uma. Rumah adat ini berdiri di atas tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan, dan pekerjaan dibagi di dalam satu uma.
Biasanya, uma dihuni oleh lima sampai tujuh keluarga dengan keturunan sama. Uma menjadi pusat kehidupan suku Mentawai. Di dalam rumah adat itu, mereka menyelenggarakan pertemuan dan menyelenggarakan berbagai adat seperti pernikahan.
Uma terbuat dari kayu kokoh yang berbentuk panggung. Bagian bawah rumah uma digunakan sebagai tempat memelihara hewan ternak, seperti babi. Selain uma sebagai bangunan utama, ada juga bangunan lain, yaitu lalep dan rusuk.
Lalep sebagai tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat. Bangunan ini biasanya terletak di dalam uma. Rusuk merupakan rumah pemondokan untuk anak-anak muda atau janda yang diusir dari kampung. Rumah ini juga digunakan untuk orang-orang yang diasingkan karena melanggar adat.
4. Menjadi Suku Tersepuh di Indonesia
Ya, suku Mentawai adalah suku tertua di Indonesia. Leluhur mereka telah hidup di Kabupaten Kepulauan Mentawai sejak 500 SM.
Suku ini memiliki kepercayaan tersendiri, yaitu Arat Sabulungan. Mereka percaya jika tumbuhan dan binatang memiliki roh.
Nah, jika roh tersebut tak dirawat dengan baik, maka bisa menyebabkan kesialan dan timbulnya penyakit.
5. Sikerei
Sikerei adalah sebutan dari dukun masyarakat suku Mentawai. Mereka percaya bahwa Sikerei dapat menyembuhkan penyakit.
Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan oleh Sikerei adalah flu, sakit kepala, dan patah tulang. Tetapi, bukan untuk patah hati.
Kalau sedang patah hati, sebaiknya tidak pergi ke dukun karena beda obatnya dan bisa berbahaya. Apalagi, sampai menanyakan kabar doi, bahaya!
6. Gigi Runcing
Tradisi meruncingkan gigi di kalangan suku Mentawai biasanya digunakan untuk simbol kecantikan dan tanda kedewasaan bagi wanita.
Gigi wanita yang sudah berusia dewasa biasanya akan diruncingkan dengan cara dikerik. Pengerikan gigi bertujuan untuk mendapatkan jiwa yang bahagia dan berumur panjang.
Suku Mentawai percaya jika pengerikan gigi dapat menghilangkan ancaman penyakit dan jiwa mereka akan ditarik ke dunia lain jika tak puas dengan penampilan fisik. Sebab itu, mereka melakukan pengerikan gigi untuk menambah kecantikan.