Mitos Mistis Gunung Kawi : Sejarah dan Tempat Pesugihan yang Terkenal di Jawa Timur

Fakta Nyata – Gunung Kawi adalah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gunung kawi merupakan daerah yang sering kita dengar karena kemistisannya.  Gunung Kawi berada di sebelah barat Kepanjen, tepatnya 53km dari kota Malang

Di Gunung Kawi ini juga terdapat makam tokoh penting yaitu Kanjeng Kyai Zakaria II atau juga dikenal sebagai Eyang Djoego yang tempat ziarahnya terkenal hingga ke mancanegara. Selain itu juga terdapat  pesarean, keraton, klenteng, serta tempat pemujaan lainnya.

Bukan hanya itu banyak juga orang yang berdatangan untuk ngalap berkah di area pesarean Gunung Kawi ini. Mereka datang untuk meminta pesugihan, berdoa dan berziarah sehingga hal ini secara tidak langsung membuat daerah tersebut makin ramai dalam waktu-waktu tertentu.

Berbicara mengenai tempat keramat, berikut beberapa fakta lain mengenai kemistisan Gunung Kawi.

1. Babat Alas Gunung Kawi

Mitos Pesugihan Gunung Kawi, Menunggu Daun yang Jatuh untuk Cepat ...

Dimulai dari penasehat Pangeran Diponegoro yang bernama Kanjeng Zakaria II atau biasa disebut dengan Eyang Djoego yang datang ke daerah selatan jawa Timur dan membuat sebuah padepokan. Lalu beliau mengangkat dua orang murid yang bernama RM Jonet dan Ki Moeridun. Mereka ditugaskan untuk membuka wilayah hutan sebelah selatan Gunung Kawi.

Bersama dengan Mbah Wonosari membawa dua pusaka Kudi Caluk dan Kudi Pecok yang akhirnya menjadi daerah Gunung Kawi seperti yang kita lihat sekarang.

Tempat baru tersebut menjadi tempat pengungsian dan banyak orang yang berdatangan untuk bermukim di sana dimulai dari penduduk lokal suku Jawa, luar Jawa, etnis Tionghoa bahkan sampai mancanegara. Hal inilah yang membuat kebudayaan di daerah ini menjadi unik dan terkesan nyentrik. Adanya perpaduan budaya dan suku menjadikan daerah ini terkenal dengan sebutan Klenik Jawa-China.

2. Pohon Dewandaru dan Air Janjam

Pohon Dewandaru, Erat dengan Mitos tapi Memiliki Banyak Manfaat ...

Eyang Djoego datang dan menetap di area Gunung Kawi setelah babat alas selesai dikerjakan.  Semasa hidupnya, beliau menanam sebuah pohon yang katanya adalah tongkat beliau. Pohon itu dinamakan Pohon Dewandaru atau Pohon Kesabaran. Pohon ini disebut juga sebagai shian-to atau pohon dewa oleh orang Tionghua.

Dipercaya bahwa ranting, buah dan daunnya bisa menjadi jimat bagi orang yang bisa mendapatkannya. Konon katanya jika disimpan, dapat menambah kekayaan untuk orang tersebut. Namun seperti namanya, dibutuhkan kesabaran hingga berbulan-bulan untuk menunggu beberapa bagian dari pohon itu jatuh.

Pohon ini diyakini sebagai perlambang kedamaian dan keamanan daerah Gunung Kawi.

Misteri di Gunung Kawi, Mitos Tempat Pesugihan di Jawa Timur ...

Selain itu terdapat dua buah guci kuno yang merupakan peninggalan dari Eyang Djoego. Pada zaman dahulu, guci-guci ini digunakan sebagai penyimpanan air suci untuk pengobatan. Masyarakat sering menyebutnya dengan nama ‘janjam’.

Guci kuno ini diletakkan disamping kiri pesaeran (makam). Sering dipercayai bahwa dengan meminum air dari guci ini akan membuat orang menjadi awet muda dna menyembuhkan penyakit.

3. Ritual Spiritual

Gunung Kawi, Destinasi Wisata Religi dan Budaya khas Wonosari ...

Bukan hanya kemistisan yang menyelimuti kisah Gunung Kawi, namun kegiatan ritual yang ada di sana juga tidak kalah sakralnya.

Beberapa kegiatan diadakan untuk memperingati ritual keagamaan dan kebudayaan dimulai dari syukuran, gebyar satu suro, ngalap berkah di Kelenteng dan kegiatan kirab-kirab lainnya.

Seperti malam satu suro kemarin, area Gunung Kawi diramaikan dengan pengunjung yang berjubel untuk melihat dan melaksanakan gebyar Syuro. Tumpeng-tumpeng perayaan dan pembakaran sangkala dilaksanakan dengan iringan lagu tradisional Jawa, China dan Islam.

4. Petilasan Prabu Sri Kameswara dan Tempat Pesugihan

Petilasan Prabu Sri Kameswara | Seputar Berita Wisata Gunung Terupdate

Berada di ketinggian 700 meter, terdapat sebuah keraton yang pernah menjadi pertapaan milik Prabu Kameswara. Prabu Kameswara adalah pangeran dari Kerajaan Kediri yang beragama Hindu. Dikabarkan bahwa setelah Sang Prabu selesai bertapa di tempat itu, beliau berhasil menyelesaikan kekacauan politik di kerajaannya.

Namun kini petilasan tersebut sering digunakan sebagai tempat pemujaan dan tempat melakukan ritual pesugihan. Pemilik pesugihan akan mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas ekonomi dalam kehidupannya.

Setelah itu, mereka mulai harus menyerahkan tumbal yang berupa seorang manusia yang memiliki hubungan darah dengannya untuk dijadikan sebagai salah satu pesuruh kerajaan gaib di Gunung Kawi.

Seseorang yang di jadikan tumbal biasanya mati tanpa diduga-duga secara tiba-tiba. Selain itu, setiap kali diberikannya tumbal, kekayaan pemilik tumbal biasanya akan meningkat secara drastis.