Kematian Dan Akhirat Di Persia Kuno

Fakta Nyata – Sebuah visi tentang kehidupan setelah kematian diartikulasikan oleh setiap budaya kuno maupun modern dalam upaya mencari tahu apa yang terjadi setelah kematian. Pandangan Persia kuno tentang kehidupan setelah kematian seperti halnya peradaban kuno lainnya. Persia kuno memiliki minat yang sama pada apa yang terjadi setelah kematian seperti budaya manapun.

Perhatian manusia terhadap kefanaan menginformasikan tidak hanya di alkitab tetapi juga karya-karya sastra terbesar.  The Mesopotamian Epic of Gilgamesh merupakan salah satu kisah epik tertua di dunia. Cerita dari kisah tersebut berpusat pada menemukan makna dalam kehidupan dalam menghadapi kematian yang tak terhindarkan. Sudah banyak juga karya-karya yang mengeksplorasi masalah yang sama.

Kematian yang tak terhindarkan menentukan kehidupan manusia. Apa yang terjadi sesudahnya telah mengilhami banyak visi yang menakjubkan setelah kematian, dari Field of Reeds Mesir kuno sampai dewa Hades dari Yunani dan banyak konsep lain tentang kehidupan setelah kematian. Ini termasuk tujuan surga dan neraka.

Meskipun konsep terakhir dari dua tujuan akhir terkait dengan Kristen dan Islam di zaman modern, sebenarnya ini merupakan ciptaan Pesia kuno. Bersama dengan pengaruh budaya lain, ikut kontribusi pada visi kedua agama tersebut. Konsep purgatory pada agama Katolik pun sebelumnya sudah diterapkan oleh orang-orang Persia di Hamistakan. Hamistakan adalah tempat bagi jiwa-jiwa orang yang perbuatan baik dan buruknya sama. Ini akan tetap dalam keseimbangan sampai akhir waktu dimana mereka akan dipersatukan kembali dengan Ahura Mazda.

Konsep awal Persia tentang kehidupan setelah kematian mirip dengan Mesopotamia, tanah gelap yang suram. Tetapi, ini akan direvisi. Mengangkat kematian seseorang ke moment kemenangan dan kegembiraan… atau malah ke moment keputusasaan dan kesedihan. Pada akhirnya, memberi arti bagi hidup seseorang dalam apa yang menunggu setelah kematian.

Dewa, Roh, & Kematian

Agama dari Persia kuno tiba di Iran dengan migrasi dari daerah Kaukasus, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Barat sekitar tahun millenium ke-3 SM. Iman itu merangkap apa yang tidak diketahui. Diperkirakan kemudian dipengaruhi oleh orang Elam dan Susiana yang sudah menetap di daerah tersebut.

Agama Persia awalnya politeistik dengan jajaran dewa yang dipimpin oleh Ahura Mazda. Selain itu, ada juga keyakinan politeis lainnya dengan dewa yang berbeda yang memimpin bidangnya sendiri. Seperti Mithra yang merupakan dewa putra yang bangkit, perjanjian, dan kontrak. Selain itu ada Anahita yang merupakan dewi kesuburan, air, kesehatan, penyembuhan, kebijaksanaan, dan perang.

Dunia ini penuh dengan roh, baik dan buruk. Ada juga makhluk gaib seperti peri atau jin yang bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku manusia.

Para dewa jajaran Persia ada yang bertugas untuk merawat dan melindungi manusia dari ancaman kekuatan jahat. Kekuatan jahat ini dikenal dengan nama daevas, yang dipimpin oleh Angra Mainyu yang merupakan musuh Ahura Mazda.

Dalam kisah modern yang ada di alkitab Kristen, Ahura Mazda seperti Allah Bapa, dan Angra Mainyu seperti Lucifer.

Awal Kehidupan Persia Awal

Ketika seseorang meninggal, jiwa mereka bertahan di dekat jasad selama 3 hari sebelum dibawa ke bawah tanah, dimana para arwah dikumpulkan. Dalam kepercayaan Persia, tanah ini diperintah oleh Raja Yima, raja fana besar yang berdosa karena tipu muslihat yang dilakukannya terhadap Angra Mainyu. Sehingga ia dijauhi dari anugerah yang diberikan dan akhirnya diberikan tugas untuk menjaga orang mati di wilayahnya.

Keberlangsungan keberadaan orang mati di sini bergantung sepenuhnya pada doa dan orang yang masih hidup. Korban menghabiskan 3 hari pertama setelah kematian seseorang dalam doa dan puasa karena ini dianggap sebagai waktu yang paling berbahaya bagi jiwa. Jiwa akan kehilangan arah dan rentan terhadap serangan iblis. Ritual yang dikembangkan dikenal sebagai sagdid atau lirikan anjing. Ritual ini dilakukan dengan cara membawa anjing ke hadapan mayat untuk mengusir roh-roh jahat. Anjing dianggap sebagai pertahanan terbaik melawan entitas jahat karena mereka bisa melihat apa yang tidak bisa manusia lihat. Kulitnya pun dianggap membuat roh lari. Anjing dibawa 3 kali dan jika sewaktu-waktu ia tampak ragu, maka ia tidak berhasil mengusir entitas jahat tersebut. Bila itu terjadi, maka anjing tersebut akan dibawa sampai 9 kali baru akhirnya mayatnya bisa dikubur.

Kehidupan Setelah Kematian

Saat lahir, jiwa seseorang (urvan) dikirim ke tubuh oleh Yang Maha Kuasa (fravashi) untuk mengalami kehidupan duniawi dan berjuang di sisi Baik.  Fravashi akan melakukan yang terbaik untuk membantu jiwa dalam perjuangan di kehidupan dan menunggu kematian. Ketika seseorang meninggal, urvan bertahan selama 3 hari sementara para dewa akan menimbang perbuatan baik dan buruk mereka. Pada hari ke-4, urvan melakukan perjalanan ke jembatan Chinvat. Jembatan ini merupakan rentang antara yang hidup dan yang mati, dimana ia disatukan kembali dengan Fravashi. Dua anjing menjaga jembatan akan menyambut jiwa-jiwa baik dan menggeram kepada yang jahat.

Malaikat Suroosh akan muncul untuk menjaga jiwa dari serangan iblis dari jurang. Ia akan membimbing jiwa untuk melintasi jembatan tersebut. Bagi jiwa yang benar, maka jembatan tersebut akan melebar dan mudah untuk dilalui. Bagi jiwa yang jahat, jembatan itu akan sangat sulit untuk dilalui dan terasa sangat sempit. Di ujung jembatan akan ada malaikat Rashnu yang akan menerima perhitungan dari perbuatan baik dan buruk seseorang dan akan membuat penilaian.

Ada 4 tingkat surga yang ada di atas jembatan, dan 4 tingkat neraka gelap yang berada di bawah jembatan. Rashnu akan memutuskan kemana jiwa harus pergi dan dipahami bahwa jiwa itu sendiri akan mengakui keadilan dari keputusan ini.

Baca Juga: Fakta Sejarah Hari Natal

Tingkat surga tertinggi adalah Surga Cahaya Abadi dimana jiwa akan tinggal dimana Ahura Mazda bertempat. Di antara surga terendah dan neraka tertinggi adalah api penyucian Hamistakan dari mana tingkat neraka lainnya turun ke lubang terendah di House of Lies, Hell of Eternal Darkness, dimana jiwa tersiksa dan mengalami kesepian selamanya. Tidak peduli berapa banyak jiwa lain yang hadir, di tempat itu, mereka akan selalu merasa sendirian.

Meski begitu, ada harapan untuk keselamatan bagi setiap jiwa, bahkan yang terburuk. Pasalnya, Ahura Mazda benar-benar mencintai dan tidak tahan memikirkan jiwa yang hilang selamanya. Pada waktunya, seorang mesias (Saoshyant) akan datang dan akan mengakhiri waktu. Dunia sebagai manusia tahu itu akan berakhir dan semua akan berkumpul kepada Ahura Mazda. Jiwa-jiwa di House of Lies akan dibebaskan dan Angra Mainyu akan dihancurkan. Setelah itu, semua orang akan dipersatukan kembali dengan orang yang mereka cintai dan akan hidup dalam kedamaian dan harmoni dengan Ahura Mazda selamanya.