Fakta Unik Trenggiling, Hewan Mamalia Bersisik
Fakta Nyata – Trenggiling adalah mamalia bersisik. Hewan ini memiliki 8 jenis spesies yang tersebar di Afrika dan Asia. Hewan ini masuk dalam daftar hewan dilindungi namun saat ini banyak pemburu liar yang mencoba membunuh trenggiling demi sisik di tubuhnya.
Seluruh tubuh trenggiling diselimuti sisik yang terus tumbuh. Sisik ini mengandung keratin yakni zat semacam protein yang disebut-sebut memiliki khasiat sebagai obat. Sisik inilah yang kemudian diburu untuk diolah menjadi obat, lantas dijual dengan harga mahal.
Trenggiling termasuk mamalia pemakan serangga. Makanan utama hewan ini adalah semut, itulah sebabnya trenggiling memiliki lidah yang sangat panjang untuk menjangkau semut.
Nama trenggiling merupakan bahasa Melayu yang artinya pengguling atau sesuatu yang berguling. Nama itu disematkan karena hewan ini akan menggulung tubuhnya saat dalam bahaya.
Jenis hewan yang dilindungi ini bukan hanya mempunyai kemampuan menggulung tubuh, tapi masih ada beberapa hal menarik lainnya dari trenggiling. Berikut adalah beberapa fakta lain mengenai trenggiling yang merangkum dari banyak sumber:
-
Satwa dilindungi di Indonesia
Di Indonesia, trenggiling adalah satwa yang dilindungi. Hal ini tercantum dalam Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990. Meskipun peraturan yang ada sudah jelas menyatakan bahwa trenggiling adalah satwa yang dilindungi, namun perburuan dan perdagangan illegal masih marak terjadi.
Dilansir dari laman resmi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), kasus perburuan dan penjualan trenggiling secara ilegal semakin meningkat dengan jumlah perburuan yang semakin besar.
-
Trenggiling membawa bayi mereka di ekornya
Melansir Restorasi Ekosistem Riau, walaupun tetutupi sisik, trenggiling akan membawa anak mereka di ekornya saat keluar mencari makanan. Ketika lahir, bayi trenggiling memiliki sisik yang lunak dan pucat, sisik tersebut akan mengeras setelah dua hari dan terus berkembang hingga mencapai usia remaja. Induk tenggiling akan mengasuh anak mereka di dalam sarang selama kurang lebih tiga sampai empat bulan. Ibu trenggiling akan sangat protektif pada anaknya akan akan berguling-guling disekitarnya saat tidur maupun terancam.
-
Trenggiling memiliki banyak tulang belakang pada ekornya
Hal menarik lain dari trenggiling adalah ekornya. Mereka memiliki lebih banyak tulang belakang pada ekornya daripada hewan lainnya. Beberapa spesies trenggiling bahkan menggunakan ekornya untuk memanjat pohon, dan bahkan dapat menopang hampir seluruh berat badannya. Trenggiling yang hidup di pohon ekornya bisa setengah memegang, seperti trenggiling betina yang membawa anak di ekor mereka. Black-bellied trenggiling memiliki 46 atau 47 tulang ekor.
-
Penglihatan trenggiling buruk dan mereka tidak memiliki gigi
Trenggiling tidak memiliki gigi. Mereka juga memiliki penglihatan yang buruk dan sepenuhnya bergantung pada penciuman dan pendengaran untuk melacak mangsa. Trenggiling memiliki cakar yang tajam dan kaki depan yang kuat untuk menggali liang atau gundukan rayap. Struktur lidah dan perut juga memainkan peran penting.
Karena trenggiling tidak bisa mengunyah mangsa, mereka menelan batu kecil/gastrolit untuk membantu pencernaan. Ampela mereka juga memiliki duri yang terbuat dari keratin yang membantu menggiling dan mencerna makanan.
-
Pemakan serangga
Trenggiling adalah jenis hewan pemakan serangga, seperti semut, rayap, dan lain sebagainya. Tapi dari semua serangga, trenggiling lebih sering memakan semut dan rayap.
Bahkan dalam sehari, seekor trenggiling bisa memakan 20.000 ekor semut. Sedangkan dalam setahun ada sekitar 73 juta semut yang dimakan hewan ini.
Pola makan trenggiling bisa dikatakan sehat, sebab mereka hanya memakan satu atau dua spesies serangga sekitar 140-200g. Mereka tidak akan melebihi jumlah tersebut walaupun ada banyak serangga yang tersedia.
-
Terdiri dari 8 jenis spesies
Dilansir dari CTSS IPB, trenggiling terbagi menjadi 8 jenis species. Seluruhnya tersebar di Afrika dan Asia. Untuk trenggiling di Asia terdiri dari 4 spesies yaitu Chinese Pangolin, Indian Pangolin, Philippine Pangolin, dan Sunda Pangolin (Manis Javanica).
Sunda Pangolin adalah jenis yang paling banyak tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Habitat trenggiling adalah hutan hujan tropis dataran rendah.
Beberapa jenis trenggiling termasuk dalam daftar hewan dilindungi. Keberadaannya di alam liar yang semakin sedikit menjadikan perburuan trenggiling dianggap sebagai kegiatan ilegal.
Jenis trenggiling Sunda saat jni tercatat sebagai hewan berstatus kritis (CR) dan masuk dalam Daftar Merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Status ini bahkan sudah disematkan sejak tahun 2017.