Fakta Kehidupan Praaksara dan Prasejarah
Fakta Nyata – Bukti-bukti sejarah telah mencatat dan merekonstruksi kehidupan manusia purba dengan cukup kompleks, bahkan di zaman mereka belum mengenal tulisan. Uniknya, kehidupan zaman purba bisa berjalan apa adanya sampai membentuk sejarahnya masing-masing.
Dari buku Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I, R Sukmono (1990), masa praaksara atau masa prasejarah disebut juga dengan masa nirleka, di mana nir artinya adalah tidak ada, dan leka artinya tulisan, artinya adalah masa dimana tidak ada tulisan.
Bagaimana cara mereka berkomunikasi? Kapan tulisan diciptakan manusia? Apa bedanya praaksara dan prasejarah? Yuk, kita cari tahu jawabannya.
Praaksara dan prasejarah itu serupa tapi tak sama
Dilansir History, zaman prasejarah bisa diartikan sebagai era yang sangat luas di mana manusia belum memiliki catatan sejarah untuk menggambarkan kehidupan sosialnya, baik itu secara tulisan maupun dokumentasi. Namun, pengertian akan zaman ini mengundang sedikit perdebatan di kalangan ilmuwan dan sejarawan.
Faktanya, manusia purba pun bisa menciptakan sejarah mereka sendiri melalui fosil-fosil mereka yang diteliti di zaman modern. Dengan kata lain, meskipun manusia belum mengenal tulisan, mereka sudah menjadi bagian dari sejarah. Jadi, sebetulnya, konsep “prasejarah” memang masih ambigu dan mengundang perdebatan banyak pihak.
Nah, zaman praaksara atau nirleka dikhususkan pada era di mana manusia belum mengenal tulisan. Secara umum, makna praaksara atau nirleka lebih mudah dipahami karena menandakan kehidupan atau sejarah manusia mulai dari mereka mengenal tulisan sampai ke era purba di saat nenek moyang Homo sapiens masih ada.
Di zaman praaksara, lukisan sering digunakan sebagai cara untuk berkomunikasi
Seperti yang diulas dalam laman Smithsonian Magazine, manusia purba sudah mengenal lukisan di gua pada 40 ribu tahun lalu. Salah satu gua dengan lukisan tertua di dunia berada di Indonesia, tepatnya di Sulawesi Selatan. Menurut kalkulasi yang dilakukan oleh ilmuwan, lukisan tersebut berusia sekitar 40 ribu hingga 45 ribu tahun.
Di belahan dunia lain, juga ditemukan karya lukisan yang sama dan diyakini berusia lebih dari 30 ribu tahun. Hal ini membuktikan bahwa sebelum tulisan ada, manusia purba sudah menggunakan lukisan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Perkembangan kecerdasan Homo sapiens memang menjadi yang terbaik dalam evolusi.
Meskipun sangat sederhana, lukisan-lukisan tersebut membuktikan bahwa manusia purba hidup secara berkelompok dan bertahan dengan cara berburu. Selain untuk berkomunikasi secara visual, lukisan purba dibuat sebagai makna simbolis bagi beberapa kelompok manusia di zaman praaksara.
Jenis Manusia Purba
Terdapat beberapa jenis manusia purba yang hidup di masa praaksara yang ditemukan di Indonesia, antara lain:
Meganthropus, merupakan manusia raksasa dari jenis manusia prasejarah yang paling primitif. Fosil dari jenis ini ditemukan di Sangiran pada tahun 1936.
Pithecantropus, yang ditemukan di Trinil pada tahun 1890 dan disebut juga sebagai manusia kera yang berdiri tegak.
Homo, merupakan jenis manusia purba yang paling cerdas dan memiliki volume otak yang paling besar dibandingkan dua jenis manusia purba lainnya.
Nomaden dan sedenter
Keberadaan manusia praaksara tentu banyak dihiasi oleh beragam fakta menarik. Jika biasanya di zaman modern, setiap orang sudah bisa tinggal menetap dengan nyaman. Berbeda dengan manusia praaksara yang awalnya hidup nomaden atau tidak tetap.
Tempat tinggal yang tidak menetap tentu disebabkan keterbatasan sumber daya alam. Mengingat manusia saat itu sangat bergantung dan mengandalkan alam untuk bertahan hidup. Biasanya mereka akan tinggal di dekat gua-gua yang dekat sungai, pegunungan hingga pantai. Dilansir dari laman Smithsonian Magazine, pada dinding gua bahkan terdapat beberapa lukisan yang menceritakan kehidupan manusia purba.
Ketika sumber daya alam dimana tempat mereka tinggal mulai menipis, maka pencarian tempat tinggal baru akan dilakukan. Hal ini terus terjadi secara berulang-ulang. Berubahnya kebiasaan tersebut ketika mereka sudah bisa menghasilkan makanannya sendiri hingga akhirnya hidup sedenter atau menetap.