3 Kontrovesi Vaksin AstaZeneca, Vaksin Corona Kedua yang Diimpor Oleh Indonesia
Fakta Nyata – Sudah kurang lebih setahun Indonesia dan negara-negara di dunia diterpa oleh pandemi virus Covid-19. Sampai saat ini, virus Covid-19 masih tersebar di masyarakat bahkan virus ini juga mengalami beberapa mutasi.
Setahun berjalan, virus Covid-19 sudah mencapai total kasus seluruh dunia sebanyak 120 juta, dengan total pasien sembuh sebanyak 68,8 juta dan korban meninggal dunia sebanyak 2,68 juta.
Untuk menekan angka penularan akibat virus Covid-19, beberapa institusi kesehatan mencoba untuk membuat vaksin yang bisa melawan virus ini. Beberapa vaksin seperti Moderna, Pfizer, dan Sinovac sudah digunakan oleh beberapa negara di dunia agar bisa menekan angka penularan virus Covid-19.
Indonesia sendiri sudah mengimpor vaksin untuk kemudian digunakan oleh masyarakat. Pemerintah Indonesia memilih vaksin Sinovac yang berasal dari China untuk menjadi vaksin pertama yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Vaksin Sinovac dipilih oleh pemerintah karena penggunaan vaksin ini sudah disetujui oleh WHO, dan juga vaksin ini memiliki efikasi sebesar 65,3 persen.
Indonesia melalukan vaksinasi pertama di bulan januari, tepatnya di tanggal 13 januari 2021 dan Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang divaksinasi. Beberapa tokoh pemerintah dan juga public figure diundang untuk menjadi salah satu orang yang mendapatkan vaksin pertama kali. Hal ini pemerintah Indonesia lakukan agar bisa mendapatkan rasa percaya masyarakat untuk berani melakukan vaksinasi Covid-19.
Selain vaksin Sinovac, baru-baru ini Pemerintah Indonesia melakukan impor vaksin dengan jenis lain. Jenis vaksin yang diimpor oleh Pemerintah Indonesia adalah Vaksin AstraZeneca. Namun belum lama datang, vaksin ini telah mengundang sejumlah kontroversi di Indonesia maupun dunia. Inilah 3 kontroversi menarik mengenai vaksin AstraZeneca, vaksin kedua yang diimpor oleh Indonesia. Kontroversi-kontroversi tersebut yakni:
1. Adanya kasus efek samping dari penggunaan vaksin AstraZeneca
Baru-baru ini, muncul pemberitaan bahwa ada pasien dari negara Denmark dan juga Norwegia yang mengalami efek samping pasca melakukan vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca. Efek samping yang dialami adalah penggumpalan darah. Akibatnya, dua orang meninggal setelah divaksin menggunakan vaksin AstraZeneca karena mengalami penggumpalan darah.
2. Penangguhan penggunaan vaksin AstraZeneca di berbagai negara
Akibat adanya kasus penggumpalan darah yang terjadi setelah melakukan vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca, sejumlah negara kemudian memutuskan untuk menunda penggunaan vaksin ini sampai ada hasil penelitian selanjutnya dari WHO yang membahas tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca.
Ada sekitar 17 negara yang kemudian menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, yakni:
- Denmark
- Spanyol
- Islandia
- Italia
- Norwegia
- Thailand
- Bulgaria
- Austria
- Estonia
- Lithuania
- Luksemburg
- Latvia
- Perancis
- Jerman
- Irlandia
- Kongo
- Indonesia
Namun, meski sudah banyak negara yang menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, pihak AstraZeneca membantah akan berita efek samping penggumpalan darah yang disebabkan oleh Vaksin AstraZeneca. Pihak AstraZeneca mengatakan bahwa vaksin mereka memiliki keamanan yang telah dipelajari secara ekstensif dan juga sudah melalui uji coba manusia. Dari uji coba tersebut, tidak ada kejadian atau efek samping yang serius yang merugikan pengguna vaksin AstraZeneca.
3. Vaksin Astrazeneca kadaluarsa di bulan mei 2021
Vaksin AstraZeneca baru sampai di Indonesia di awal maret tahun 2021. Namun, karena adanya kasus efek samping pemerintah Indonesia mulai menangguhkan penggunaan vaksin ini.
Namun masalah yang dihadapi oleh pemerintah bukanlah penangguhan vaksin ini, melainkan vaksin ini akan kadaluarsa di bulan mei 2021. Pihak dari Kementerian Kesehatan Indonesia baru mengetahui tentang Vaksin AstraZeneca yang baru masuk ke Indonesia memiliki waktu kadaluarsa dalam 2 bulan.
Hal ini kemudian menjadi masalah karena vaksin ini belum boleh digunakan dan didistribukan ke masyarakat, namun vaksin ini juga dikejar waktu kadaluarsa di bulan mei. Selain itu, dalam penggunaan vaksin, kita perlu memberi jeda penyuntikan yang lama untuk pemberian dosis pertama dan dosis kedua.
Vaksin AstraZenecA membutuhkan jeda waktu penyuntikan sebanyak 9-12 minggu untuk melalukan vaksinasi dosis kedua, sedangkan vaksin lain hanya membutuhkan jeda waktu penyuntikan sebanyak 14-28 hari.