Harga Tiketnya Dibandingkan Dengan Candi Borobudur, Inilah 4 Fakta Menarik Dari Angkor Wat

Fakta Nyata – Akhir-akhir ini nama sebuah kuil di Kamboja, yakni Angkor Wat, mulai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat Indonesia yang memprotes kebijakan baru kenaikan harga tiket Candi Borobudur yang menjadi Rp 750 ribu per wisatawan lokal. Kelonjakan harga ini kemudian dibandingkan dengan kuil Angkor Wat di Kamboja yang memiliki harga tiket sebesar US$37 atau jika dirupiahkan hanya sebesar Rp534.000 saja. Lalu sebenarnya apa itu tempat wisata Angkor Wat yang terletak di Kamboja?

Angkor Wat merupakan salah satu kuil terkenal dan paling penting di Kamboja. Karena pentingnya kuil ini dalam sejarah Kamboja, ilustrasi kuil Angkor Wat kemudian dimasukkan ke dalam bendera resmi dari Kamboja sejak tahun 1863. Sebagai relief kebudayaan dari Kamboja yang sudah terkenal di dunia, kuil ini kemudian menjadi salah satu warisan dunia dari UNESCO dan kelestarian kuil ini dijaga dari penjarahan dan penjualan ilegal.

Selain itu, Angkor Wat juga sangat unik karena memiliki relief yang rumit serta bahan baku bangunan yang berbeda dari biasanya. Bahkan, pembangunan Angkor Wat hanya dibangun kurang dari 40 tahun saja, padahal seorang insinyur modern mengatakan seharusnya pembangunan kuil Angkor Wat bisa memakan waktu sampai 300 tahun.

Selain fakta-fakta diatas, Angkor Wat memiliki fakta-fakta unik lainnya yang menarik untuk dibahas. Berikut ini merupakan 4 fakta menarik dari kuil Angkor Wat, diantaranya yakni :

 

1. Sebelumnya merupakan kuil untuk umat Hindu

Angkor Wat pada mulanya dibangun pada masa pemerintahan Raja Suryawarman II, dan pembangunan kuil Angkor Wat yang dimulai sejak pertengahan abad ke-12 sendiri ditujukan untuk Dewa Wisnu. Namun, tujuan pembangunan Angkor Wat dari waktu ke waktu kemudian berubah karena Raja-Raja sebelumnya memilih untuk membangun kuil dengan dedikasi untuk Dewa Siwa, sehingga di akhir abad ke-13 tujuan pembangunan kuil Angkor Wat diperuntukkan untuk candi agama Buddha.

 

2. Bangunan Angkor Wat pernah hilang

Pembangunan Angkor Wat yang dicetuskan oleh Raja Suryawarman II sebelumnya sempat tertunda, hal ini disebabkan karena Raja Suryawarman II wafat. Oleh sebab itu, beberapa relief dasar belum sempat terpasang ke dalam kuil. Bahkan dari berita yang beredar, kuil yang saat ini menjadi situs bersejarah terpenting di Kamboja sempat terbengkalai dan hilang di hutan. Kuil Angkor Wat akhirnya ditemukan kembali di tahun 1860 oleh seorang ahli tumbuhan asal Perancis bernama Henri Mahout. Dalam catatan Mahout, ia menceritakan kekaguman akan bangunan Angkor Wat yang menurutnya bahkan lebih besar dari peninggalan Yunani maupun Romawi.

 

3. Struktur Bangunan Angkor Wat Terbuat Dari Batu Pasir

Pembangunan kuil Angkor Wat menggunakan bahan batu pasir dan blok batu yang jumlahnya lebih dari 5 juta ton. Blok batu untuk pembangunan Angkor Wat sendiri didapatkan dari Bukit Kulen yang lokasinya sejauh 40 km dari Angkor Wat. Konon katanya untuk bisa membawa blok batu ini, para pekerja menggunakan perahu rakit kayu untuk bisa mentransportasikannya melewati sungai Siem Reap.

Selain bahan bangunan yang tidak biasa, cara perekatan antara blok batu juga sangat unik karena menggunakan teknik pengunci ekor burung dan tekanan gravitasi. Di banyak blok batu, terdapat lubang berukuran 2,5 cm dengan kedalaman 3 cm, dan para peneliti berpikir bahwa lubang in digunakan untuk menyatukan blok batu dengan batang besi.

Gaya arsitektur bangunan Angkor Wat juga sangat unik karena memadukan gaya bangsa Khmer yang bergunung dan berserambi, dengan pencampuran gaya bangunan agama Hindu yang bisa terliat di menara utama kuil. Dalam menara utama di kuil Angkor Wat sendiri terdapat ukiran relief yang melambangkan Gunung Meru dan dipercaya menjadi pusat seluruh kegiatan ajaran Hindu.

 

4. Angkor Wat Pernah Digunakan Sebagai Pusat Pengamatan Matahari Dan Bulan

Selain bangunannya yang sangat unik dan kokoh, kuil Angkor Wat juga dibangun sejajar dengan matahari dan bulan, sehingga dahulunya tempat ini pernah digunakan sebagai pusat pengamatan matahari dan bulan.

Orang pertama yang menyadari hal ini adalah seorang astronom asal Amerika Serikat bernama Robert Stancel. Stancel mengamati bangunan Angkor Wat dan mendapatkan hasil yang menyimpulkan bahwa matahari akan terbit di atas menara utama kuil Angkor Wat. Untuk mendukung penemuannya ini, ada beberapa lokasi di Angkor Wat yang diduga menjadi patokan pengamatan bulan, serta bangsa Khmer juga diketahui menyusun kalender mereka sendiri.